Kamis, 27 Januari 2011

sungguh, aku mencintainya

Tersentak di detik itu.

Saat baru kusadari sepenuhnya keberadaannya, tepat di hadapan pandangku. Dia telah berada di sana sejak beratus hari kemarin, namun bodoh sekali aku selama ini membuatnya terabai. Maka sekarang, izinkan aku untuk mengejawantahkan gemuruh, letupan, dan buncah yang begitu menggetarkan qalbuku ini. Sungguh, tak kuasa aku menyimpannya sendiri.

Diperkenalkan dalam ketidakterdugaan, jarang kami bertegur sapa. Dipersatukan dalam berbagai kesempatan, saling enggan memantik perbincangan.

Hanya anggukan

dan senyum seadanya

saat bertatap muka.

Kesibukanku melalaikan perhatianku akan keberadaannya. Kesehariannya pun tak pernah mengundang perhatianku secara terang-terangan.

Ia berkarya dalam diamnya.

Aku bergerak dalam nafasku.

Satu hari yang kulewatkan bersamanya kemarin, telah berhasil membuka mataku atas kebutaanku terhadapnya selama ini.

Sungguh, Aku mencintainya.

Aku terpikat oleh senyumnya,

Aku terpukau oleh kesantunannya,

dan

Aku terpana oleh keserhanaannya.

Sungguh, Aku mencintainya.

Sabarnya membuatku malu atas ketergesaannku.

Bijaknya mendorongku berkaca untuk mempunyai sikap serupanya.

Perjuangannya menamparku atas kemalasan yang selama ini kupelihara.

Sungguh, Aku mencintainya.

Yogyakarta, 24 Agustus 2010

8.49 am di bangku coklat kampus tercinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar