Kamis, 27 Januari 2011

heteroginitas dalam ukhuwah

Seorang saudaraku pernah berkata, “karena iman itu adalah sesuatu yang tersembunyi, maka ukuran keimanan itu diletakkan pada hubungan kita dengan sesama manusia”. Langsung disambut oleh saudaraku yang lain, “itulah kenapa ukhuwah disebut sebagai saudaranya keimanan. Saat hubungan kita dengan manusia kurang beres, maka mungkin memang iman kita sedang bermasalah”.

Ukhuwah, persaudaraan = kebersamaan.

Mulailah selalu terngiang di benak pikirku, jika kebersamaan itu selalu lebih indah dari pada perpecahan dan perselisihan, kenapa kita tak terus saling menghargai saja agar bibit keretakan itu tak pernah bisa bertunas?

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antaramu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." Al Hujuuraat (49) : 13

Dalam keluarga kecilku, kutemukan berbagai karakter saudara-saudaraku yang selalu membuatku terkagum dan terinspirasi untuk bergerak. Ada si jilbab ungu yang begitu lembut dan sopan tutur katanya. Si jilbab putih yang begitu menggebu menuntut ilmu. Ada si jilbab abu-abu yang selalu bersemangat bahkan dalam saat-saat sulitnya. Ada juga si jilbab coklat yang selalu ceria dan tak bosan mengajakku berrihlah mantafakuri semesta raya. Pun ada juga si jilbab biru yang selalu malu untuk bertanya namun selalu bijak dalam tiap kalimatnya.

Yap, perbedaan warna itulah yang membuat pelangi menjadi indah. Akan selalu ada semangat di saat-saat sulit, dan akan selalu ada nasehat diatas semua kesuksesan yang tercapai. Keberagaman itulah riak yang akan menjadikan arus lebih ceria, selama letupan-letupan itu masih berada dalam koridornya.

Si peci hitam itu selalu bersemangat menyebarkan informasi. Sementara si koko putih selalu mencarikan garis tengah atas perbedaan pendapat. Yang bersarung hijau itu selalu menjadi referensi wisata kuliner dan tempat outbond dengan track yang menyenangkan. Beruntung ada si sorban merah yang selalu siap menjadi penalang dana di saat-saat genting.

Mereka tak sama. mereka datang dengan keunikan dan kelebihan masing-masing. Tak bisa dipungkiri memang ada saat-saat dimana mereka khilaf, tapi itu bukanlah aib yang bisa diumbar menjadi rahasia umum. Perbedaan pendapat dan kepentingan adalah keniscayaan, tapi bukan berarti itu lantas menggilas hak-hak saudara kita yang ada pada diri kita.

Ukhuwah itu adalah penghargaan, maka tabayyun itu akan selalu lebih utama dari pada prasangka. Ukhuwah itu adalah nasehat, maka mengingatkan itu selelu lebih baik dari pada mencemooh. Ukhuwah itu adalah kebersamaan, maka saling membantu itu lebih indah dari pada saling mendiamkan.

Perbedaan-perbedaan yang ada bukanlah benteng ataupun jurang yang harus membuat jarak antara saudara yang satu dengan saudara yang lain. Justru itu adalah sebuah kekayaan yang membuat wawasan lebih luas, hati lebih lapang, dan pikir lebih terbuka. Maka bukan curiga yang ada saat seorang saudara dalam masalah, namun khawatir. Bukan marah yang ada saat terjadi perbedaan pendapat, melainkan penghargaan. Dan bukan lega yang dirasa saat berjauhan, tetapi rindu untuk berkumpul dalam majlis ilmu atau diskusi yang penuh berkah.

Semoga kita bisa menjadi orang-orang yang senantiasa mengingatkan saat langkah sudah keluar jalur, juga menjadi tempat pengisian kembali semangat saat lelah menggelayuti.


*pada keluarga kecilku, sungguh, kurindu berdiskusi dengan kalian. Ingin sekali kuulang lagi pagi di pantai itu, saat kita beradu lari, bermain pasir, dan mengejar ombak. Makan dari piring yang sama, dengan hidangan yang sama. ah, ternyata memang, pertemuan yang jarang itu membuatku makin mencintai kalian. Rindu pada kalian…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar