Simbol adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lainnya, khususnya objek material yang mewakili objek abstrak. Sedangkan mitos adalah cerita tradisional, khususnya cerita tentang awal mula seorang tokoh atau fenomena alam, dan biasanya melibatkan sifat-sifat supranatural atau kejadian-kejadian tertentu.
Berbicara tentang simbol dan mitos, kedua hal ini tidak dapat dilepaskaitkan. Karena satu simbol bisa saja bermula dari mitos tertentu yang telah tercipta sebelumnya. Apalagi ketika kita berbicara tentang kedua hal ini tidak hanya pada tataran seni, tetapi sudah masuk kepada tataran kebudayaan. Kebudayaan primitif telah mengajarkan kepada kita betapa pentingnya kedudukan sebuah simbol dalam kehidupan manusia –pada zaman itu-. Ketika komunikasi oral belum terlalu dikenal sehingga percakapan yang terjadi –sebenarnya- tidak efektif, mereka mewakilkan percakapan ataupun hal-hal yang rumit itu kepada sebuah simbol. Bisa jadi pula, simbol-simbol yang ada itu memperkuat mitos yang ternyata baru tercipta di kemudian hari.
Setiap masyarakat di negara manapun pasti memiliki mitos dan simbol tertentu. Simbol dan mitos yang ada pada satu masyarakat bisa saja bertentangan atau diinterpretasikan berbeda di masyarakat lainnya. Disinilah latar belakang kehidupan budaya sangat berpengaruh. Karena itulah orang tidak bisa sembarangan begitu saja dalam menerjemahkan sebuah simbol. Satu simbol bisa diartikan dengan sangat berbeda di dua daerah yang memiliki latar belakang berbeda.
Hal lain yang mempengaruhi keberadaan satu simbol di satu masyarakat -selain latar belakang budaya- adalah pengalaman sejarah dan doktrin agama. Karena hal itulah kita tidak akan menemukan simbol berupa salah satu bagian tubuh manusia di tanah Aceh sebagaimana simbol itu berdiri megah di negara-negara Eropa.
Di tanah Sunda, ada satu simbol yang cukup berpengaruh dalam aspek militernya. Kodam Siliwangi memiliki logo berupa gambar kepala harimau yang memiliki latar belakang warna hitam dan tulisan siliwangi di bawahnya. Simbol ini bermula dari mitos yang sangat melegenda di tengah masyarakat Sunda, yaitu legenda Prabu Siliwangi. Yang pada tahap selanjutnya, gambar harimau ini juga pernah digunakan sebagai logo klub sepak bola besar asal Bandung, Persib.
Bagaimana sejarahnya simbol harimau ini menjadi bagian yang penting bagi masyarakan Jawa Barat?
Zaman dahulu, pernah berdiri satu kerajaan hindu yang cukup besar di tanah Sunda, yaitu Kerajaan Pajajaran. Kerajaan ini dipimpin oleh raja yang bergelar Prabu Siliwangi. Prabu Siliwangi dipercaya sebagai seorang yang memiliki kekuatan yang sangat hebat. Sehingga orang-orang menjadikan harimau sebagai penggambaran dari Prabu Siliwangi.
Ada legenda yang menyatakan bahwa Kerajaan Pajajaran dilindungi oleh sekumpulan harimau, penjagaan yang begitu hebat inilah yang membuat Kerajaan Pajajaran menjadi satu kerajaan yang besar pada masanya. Diyakini masyarakat Sunda bahwa hancurnya kerajaan pajajaran itu semata karena tulisan takdir.
Ada juga mitos yang hanya dipercaya sebagian kecil masyarakat Sunda bahwa harimau menjadi simbol dari raja Pajajaran karena dahulu kala ketika Prabu Siliwangi terdesak oleh musuhnya, Sang Prabu pergi ke sebuah gunung dan disana dia menjelma menjadi harimau yang mampu mengalahkan musuhnya. Tapi kemudian setelah itu keberadaan Sang Prabu tidak diketahui kejelasannya. Ada yang mengatakan Sang Prabu telah berubah menjadi rakyat biasa karena sudah melihat tanda-tanda kehancuran kerajaannya. Ada juga yang percaya bahwa Sang Prabu telah menjadi begitu suci sehingga dia diangkat menjadi Sang Hyang, yang artinya “yang teragung”. Itulah kenapa tanah Sunda mendapat julukan parahyangan. Ini berasal dari kata para dan hyang, yang jika diartikan secara utuh artinya tanah tempat para mereka yang agung.
Kepercayaan sebagian besar masyarakat Sunda yang meyakini bahwa Prabu Siliwangi begitu kuat dan pasukan keamanan kerajaan merupakan sekumpulan harimau-lah yang membuat lambang kepala harimau sekarang dipakai sebagai lambang dari kesatuan militer di jawa barat, Kodam Siliwangi. Apalagi di kodim 0607 Sukabumi, lambang kepala harimau begitu tegas dengan latar belakang yang diberikan berupa warna hijau dan merah.
Begitu pula dengan klub sepak bola Persib Bandung. Julukan yang begitu melekat pada klub ini adalah Maung Bandung. Stadion yang menjadi markas mereka pun bernama Stadion Siliwangi. Hal ini juga tidak bisa dilepaskan dari kepercayaan masyarakat Bandung tentang betapa kuatnya kekuatan Prabu Siliwangi dan sekelompok harimau yang menjadi pasukan keamanan kerajaan pajajaran itu. Mereka mengharapkan besarnya kekuatan Prabu Siliwangi juga mengalir di darah pemainnya dan selalu membawa Persib menjadi juara.
Begitulah, betapa sebuah simbol yang sederhana ternyata mewakili hal yang begitu rumit. Kekuatan sebuah mitos yang dipadukan dengan besarnya sebuah harapan, melahirkan satu aspek budaya yang bernilai tinggi, simbol.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar